Cerita Rakyat Tangkuban Perahu yang kakak ceritakan sore ini merupakan
cerita ketiga yang mengisahkan Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Jika kalian ingin
tahu versi yang lain dari cerita rakyat gunung tangkuban perahu kalian bisa
membaca artikel sebelumya yaitu Legenda Sangkuriang : Asal Gunung
Tangkuban Perahu dan Kumpulan Dongeng dan Cerita Rakyat Pulau Jawa.
Kakak yakin sebagian besar dari kalian sudah tahu dongeng tangkuban perahu,
jika yang belum tahu, ini dia kisah lengkapnya.
Cerita Rakyat Tangkuban Perahu : Sangkuriang dan Dayang Sumbi
Asal Muasal Gunung Tangkuban Perahu – Cerita Rakyat Sangkuriang
Dayang Sumbi adalah seorang putri raja yang berparas cantik dan
berhati mulia. Ia pergi mengasingkan diri ke hutan karena bosan dengan
kehidupannya di dalam istana. Disamping itu hal ini untuk menghindari
pertikaian antara kerjaaan tetangga yang berebut untuk mempersuntingnya.
Karena kecantikan paras dan baik budi pekertinya, banyak sekali
pangeran dan putra bangsawan yang meminang putri Raja ini. Akibatnya terjadi
peprangan antar kerajaan karena semua pangeran dan para bangsawan tidak ada
yang mau mengalah. Melihat kejadian ini Dayang Sumbi menjadi sedih dan akhirnya
mohon pamit kepada ayahandanya untuk mengasingkan diri. Dengan berat hati Sri
Baginda Raja merestui permohonan anaknya tersebut.
Di hutan, ia ditemani oleh anjing jantannya bernama Tumang. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, Dayang Sumbi menenun kain yang kemudian dijual
di pasar.
Suatu hari, alat tenunnya terjatuh dan menggelinding ke bawah bukit.
Dayang Sumbi malas untuk mengambilnya. Tanpa pikir panjang, ia mengucapkan
sumpah, "Siapa yang bisa mengambilkan alat tenunku? Aku bersumpah, jika
perempuan, ia akan kujadikan saudaraku dan jika laki-laki, akan kujadikan
suamiku."
Tumang, yang sebenarnya adalah titisan seorang dewa, mendengar sumpah
Dayang Sumbi. Ia segera berlari menuruni bukit dan mengambil alat tenun Dayang
Sumbi.
Walaupun tidak mengira dengan apa yang terjadi, Dayang Sumbi tetap
menepati janjinya. Dayang Sumbi akhirnya menikah dengan Tumang. Mereka
dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Sangkuriang kecil sangat
mahir berburu. Ia menggunakan tombak dan panah untuk membunuh buruannya.
Sangkuriang kecil tak pernah tahu, siapa ayahnya.
Pagi itu, seperti biasa Sangkuriang pergi berburu bersama Tumang.
"Lihat Tumang... sepasang rusa yang gemuk." Sangkuriang segera
mengeluarkan anak panahnya. Namun sayang, kedua rusa itu sadar adanya bahaya
dan melarikan diri. Anak panah itu hanya mengenai paha salah satu rusa.
Sangkuriang lalu menguruh Tumang untuk mengejar rusa itu. "Cepat Tumang,
kejarlah mereka! Gigit kakinya supaya mereka tak bisa lari lagi,"
perintahnya pada Tumang.
Dalam hati, Tumang sebenarnya kurang suka jika putranya itu membunuh
hewan-hewan hutan. Tumang akhirnya berpura-pura mengejar kedua rusa tersebut,
dan ia kembali tanpa hasil. "Payah! Seharusnya kau bisa menangkapnya
dengan mudah," gerutu Sangkuriang. Karena kecewa, Sangkuriang mengusir Tumang.
"Anjing Tua, pergilah jauh-jauh dariku. Kau sudah tidak berguna
lagi!"
Andai saja ia tahu bahwa Tumang adalah ayahnya, ia tentu tak akan
mengusirnya. Dengan hati sedih, Tumang pun pergi meninggalkan Sangkuriang.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang bercerita pada ibunya, "Aku
hampir saja mendapatkan seekor rusa. Tapi gara-gara Tumang, aku gagal. Anjing
kita itu sudah terlalu tua, Bu,"
Dayang Sumbi menengok keluar dan bertanya, "Di mana Tumang
sekarang?"
"Sudah kuusir. Untuk apa kita memeliharanya lagi? Ia sudah tua dan
tak berguna."
Dagang Sumbi terkesiap. "Apa? Sangkuriang, berani sekali kau
mengusir Tumang."
Dayang Sumbi marah sekali. Ia mengambil sendok nasi dan memukulkannya
ke kepala Sangkuriang. Saking kerasnya, kepala Sangkuriang terluka dan
berdarah. Sangkuriang menangis dan kecewa. "Mengapa Ibu memukulku demi
seekor anjing?" tanyanya. Lalu ia mengemasi barang-barangnya dan pergi
meninggalkan rumah. Dayang Sumbi menyesali perbuatannya, tapi Sangkuriang sudah
terlanjur pergi meninggalkannya.
Tak terasa hari demi hari berlalu. Sangkuriang sekarang telah dewasa.
Selama kepergiannya, ia menjelajahi seluruh negeri. la pindah dari satu daerah
ke daerah yang lain. Suatu saat, tanpa sadar, Sangkuriang kembali ke hutan
tempat ia dulu tinggal bersama Dayang Sumbi. Hutan itu sudah jauh berubah.
Pohonnya tak lagi banyak dan digantikan oleh rumah-rumah penduduk yang
bagus-bagus. Sangkuriang benar-benar tak mengenali bahwa inilah hutan tempat ia
tinggal dulu.
Saat Sangkuriang melewati pasar, ia melihat sesosok wanita cantik semampai.
"Cantik sekali wanita itu," gumamnya. Sangkuriang tak tahu, wanita
itu adalah Dayang Sumbi, ibunya sendiri. Sangkuriang mendekati wanita itu dan
mengajaknya berkenalan. Mereka berdua pun soling jatuh cinta, dan sepakat untuk
menikah.
Suatu sore, Dayang Sumbi hendak memotong rambut Sangkuriang. Saat
menyisir rambut
Sangkuriang, Dayang Sumbi terkejut. Ia melihat bekas luka di kepala
Sangkuriang. "Jangan-ja- ngan..." bisiknya cemas.
"Sangkuriang, mengapa ada bekas luka di kepalamu?" tanyanya penasaran.
"Saat kecil, Ibuku memukul kepalaku dengan sendok nasi. Ia marah
karena aku mengusir anjing peliharaan kami."
Dayang Sumbi langsung lemas mendengar penjelasan Sangkuriang itu.
Terbata-bata, ia berkata, "Sangkuriang... akulah Ibu yang dulu memukul
kepalamu, Nak. Kita tak boleh menikah, kita adalah ibu dan anak."
"Tak mungkin, pasti ini hanya alasanmu saja untuk membatalkan
pernikahan kita." jawab Sangkuriang keras. Seribu kali Dayang Sumbi
meyakinkannya, seribu kali pula Sangkuriang menolak. Ia tetap ingin menikahi
Dayang Sumbi!
Akhirnya Dayang Sumbi mendapat akal. Ia meminta Sangkuriang untuk
membendung Sungai Citarum dan membuat perahu besar untuk menyeberanginya.
Keduanya harus selesai sebelum fajar menyingsing. Jika Sangkuriang gagal,
Dayang Sumbi tak mau menikah dengannya. Sangkuriang menyanggupi permintaan
Dayang Sumbi itu. Baginya, kedua permintaan itu bukanlah hal yang sulit.
Sangkuriang mulai bekerja. Dengan bantuan para jin, ia bekerja keras membendung
Sungai Citarum. la tak sadar kalau Dayang Sumbi diam-diam memperhatikannya.
Dayang Sumbi cemas melihat Sangkuriang bisa bekerja secepat itu.
"Aku harus segera melakukan sesuatu," pikirnya. “Aha,” ia teringat
dengan kain sutra berwarna merah yang baru ia tenun. Kain itu berukuran cukup
besar karena ia menenunnya untuk digunakan sebagai tirai dan selimut.
Dayang Sumbi berlari menuju perumahan penduduk. Dengan panik, ia
menceritakan apa yang terjadi. Penduduk yang telah mengenal Dayang Sumbi dengan
baik, tentu saja tak setuju jika Sangkuriang menikahinya. Mereka setuju untuk
membantu Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mengajak penduduk untuk menggelar kain
sutra merah itu di sebelah timur Sungai Citarum. Sebagian penduduk yang lain
membuat suara gaduh seolah-olah kegiatan pagi telah dilakukan.
Sangkuriang yang sedang bekerja, terkejut mendengar suara gaduh
tersebut. Ia menoleh ke arah timur. Dilihatnya langit sudah merah, ia mengira
pagi telah tiba. Ia tak tahu bahwa itu adalah kain sutra merah yang digelar
oleh Dayang Sumbi dan penduduk desa. Sangkuriang sangat marah dan kecewa.
"Aku telah gagal," katanya dalam hati. Sangkuriang berteriak
sekeras-kerasnya, "Aku mencintaimu, Dayang Sumbiiii... aku benar-benar
mencintaimu!" Sangkuriang tak bisa melawan amarah dalam dirinya. Dengan
segala kekuatannya, ia menjebol bendungan yang ia buat. Air pun tumpah ke
mana-mana. Ia juga menendang perahu besar yang terbuat dari kayu.
"Gloodakkkk..." perahu itu terlempar jauh ke arah utara dengan posisi
tertelungkup.
Konon kabarnya, perahu yang jatuh tertelungkup itu, sekarang dikenal
dengan Gunung Tangkuban Perahu, yang berarti "perahu yang
menelungkup".
“Pesan dari Cerita Rakyat Tangkuban Perahu Dongeng Sangkuriang untukmu
adalah Memiliki cita-cita setinggi langit memang baik, tapi perlu
dipertimbangkan juga apakah cita-cita dan keinginanmu itu merugikan orang lain
atau tidak. Berhati-hatilah dalam mengucapkan sumpah, karena sumpah dan janji
itu harus ditepati.”
Terima kasih bagi Adik-adik yang telah membaca dongeng sangkuriang
bahasa indonesia yang Kakak posting sore ini. Jika kalian suka jangan lupa
bagikan cerita rakyat sangkuriang bahasa indonesia ini ke rekan-rekan kalian
yang lain, bisa melalui facebook, twitter dan google plus
Picture Source : Dongengceritarakyat
No comments:
Post a Comment