Kumpulan dongeng Sunda sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya
adalah Cerita Rakyat Bandung. Sebagian pernah Kakak posting diblog ini (bisa
kalian temukan pada artikel Cerita Rakyat Sunda : Dongeng Ciung Wanara dan Cerita
Rakyat Sunda : Dongeng Lutung Kasarung). Nanti dikemudian hari Kakak akan
menerbitkan dongeng Jawa Barat dalam Bahasa Sunda. Ini berguna bagi adik-adik
yang tinggal di Provinsi Jawa Barat yang sedang belajar Bahasa Sunda.
Hari kakak akan menerbitkan satu cerita mengenai asal muasal
Girilawungan ini dia kisah lengkapnya.
Kumpulan Dongeng Sunda - Asal Usul Girilawungan
Pada jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat yang dipimpin oleh
Raja Giri Layang. Dalam mengelola negeri, ia dibantu oleh adik perempuannya
bernama Putri Giri Larang. Mereka berdua memerintah kerajaan dengan bijaksana
dan rakyatnya sejahtera.
Suatu saat, Putri Giri Larang meminta izin kepada kakaknya untuk
merantau mencari ilmu. Dengan penuh sayang, Raja Giri Layang merangkul adik
perempuannya, “Jika itu memang keinginanmu, Kanda mengizinkannya. Kanda akan
berdoa semoga kau mendapatkan apa yang kau mau. Namun, ingatlah pesan Kanda,
pergilah ke arah timur dan jangan pernah melewati perbatasan."
Putri Girl Larang pun memulai perjalanannya. la berjalan kaki ke arah
timur melewati hutan, gunung, lembah, dan berbagai macam rintangan. Setelah
berbulan-bulan berjalan, ia tiba di sebuah hutan belantara. Ketika sedang
melepas Ielah, Putri Giri Larang menemukan sebuah telaga bening yang
dikelilingi oleh taman yang sangat indah.
“Indah sekali tempat ini, siapakah yang menbuatnya?" guman Putri
Giri Larang. Melihat kejernihan air telaga, Putri Giri Larang akhirnya
memutuskan untuk mandi sambil melepaskah Ielah.
la tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memerhatikannya dari
semak-semak. Orang tersebut adalah seorang patih dari sebuah kerajaan di Jawa
yang bertugas merawat telaga tersebut. Telaga itu adalah tempat permandian
raja-raja Jawa setelah selesai berburu.
Patih itu teringat bahwa rajanya belum mempunyai istri. Gadis cantik
tersebut dirasa cocok untuk mendampingi Sang Raja. Lalu, patih itu dengan
sengaja mengambil selendang Putri Giri Larang. Melihat selendangnya diambil,
Putri Giri Larang segera mengejar pencuri pakaiannya.
“Hei Siapa kau? Kembalikan pakaianku!"
Patih sengaja memperlambat larinya agar sang putri mengikutinya.
Sampailah mereka di dalam Istana Raja. Melihat seorang putri yang cantik jelita
itu, Raja langsung jatuh hati.
"Putri yang cantik. Aku sedang mencari seorang permaisuri
untukku, maukah kau menjadi istriku?"
Tiba-tiba, Putri Giri Larang merasakan tubuhnya lemah dan kekuatannya
hilang. la teringat pesan kakaknya agar tidak melewati perbatasan clan kini ia
telah melanggarnya. Dengan terpaksa, ia menerima lamaran Sang Raja.
"Aku bersedia menjadi istrimu dengan satu syarat, jangan pernah
mau tahu atau mencampuri urusan perempuan."
Raja setuju dan mereka pun menikah. Lalu, Putri Giri Larang
mengandung. Suatu hari, Putri Girl Larang hendak menanak nasi. Setelah menutup
tempat menanak nasi ia pun pergi untuk mandi. Ketika ditinggal untuk mandi,
suaminya datang ke dapur. Sang raja ingin tahu apa yang sedang dimasak
istrinya. Betapa terkejutnya ia, ternyata isi tempat menanak nasi tersebut
hanyalah sebatang padi.
Ketika mengetahui bahwa masakannya telah dilihat oleh suaminya, Putri
Giri Larang sangat marah.
"Kakanda telah melanggar perjanjian kita ketika menikah,"
katanya kepada suaminya. Lalu, ia kembali ke istana kakaknya.
Raja Giri Layang sangat senang adiknya kembali.
"Maafkan, Kanda! Adinda telah melanggar pesan, Kanda," kata
Putri Giri Larang sambil menangis.
"Sudahlah Dinda, sekarang kau harus banyak beristirahat, karena
kau sedang mengandung."
Beberapa waktu setelahnya, Putri Giri Larang melahirkan seorang bayi laki-laki
yang diberi nama Adipati Jatiserang. Putri Giri Layang sangat khawatir jika
suatu saat, ayah Jatiserang akan datang dan berniat mengambilnya.
Kemudian, Raja Giri Layang berunding dengan patihnya, yaitu Patih
Endang Capang dan para menterinya. Mereka sepakat untuk bersembunyi di dalam
kulah, yaitu lubang besar di bawah tanah. Raja Giri Layang memerintahkan untuk
membuat empat buah kulah sebagai tempat persembunyian keluarga kerajaan. Raja
Giri Layang memutuskan bersembunyi bukan karena tidak sanggup menghadapi
tentara kerajaan lain yang akan datang menyerang, ia hanya tak ingin rakyat
mereka menjadi korban.
Tidak lama kemudian, datanglah pasukan dari kerajaan seberang yang
dipimpin oleh dua orang patih, yaitu Patih Mangkunagara dan Patih Surapati. Mereka
bermaksud menjemput paksa Putri Giri Larang dan putranya. "Kami mencari
raja kalian," kata kedua patih itu pada Patih Endang Capang.
"Maaf Tuan, Putri Giri Larang dan Raja Girl Layang telah wafat.
Sementara itu, putra Giri Larang, yaitu Adipati Jatiserang sedang berguru ke
negeri seberang."
"Kami tidak percaya!" seru mereka.
Kemudian, Patih Endang Capang membawa pasukan tersebut ke lokasi
kulah. Mereka melihat empat gundukan tanah yang menyerupai makam. Karena masih
tidak percaya, kedua patih tersebut memerintahkan pasukannya untuk menggali
makam tersebut. Namun, ketika hendak menggali tiba-tiba semuanya jatuh lemas.
Kekuatan mereka terisap oleh kekuatan Putri Giri Larang dan Raja Giri Layang
yang sedang bersembunyi di bawah tanah itu.
Patih Mangkunagara dan Patih Surapati memerintahkan untuk menghentikan
usaha mereka menggali makam.
"Lebih balk kita jangan pulang, karena malu rasanya jika kita
pulang tanpa hasil. Lebih balk sekarang kita ngalawung saja di sini, karena aku
yakin mereka bersembunyi di sekitar sini," kata Patih Mangkunagara.
Arti kata ngalawung adalah duduk bertemu atau berhadapan. Untuk
mengenang peristiwa tersebut, daerah itu dinamakan Girilawungan yang kini
dikenal dengan nama Babakan Jawa.
“Pesan Moral dari Kumpulan Dongeng Sunda - Asal Usul Girilawungan
adalah tepatilah janji yang telah kita ucapkan. Melanggar janji hanya akan
membawa keburukan bagi kita dan menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap
kita.”
Picture Source : Dongengceritarakyat
No comments:
Post a Comment