Dongeng cerita rakyat Lutung Kasarung memiliki banyak sekali versi.
Artikel kali ini merupakan versi kedua cerita rakyat Lutung Kasarung yang
pernah kami posting. Jika adik-adik penasaran dengan dongeng Lutung Kasarung
sebelumnya, adik-adik dapat membaca artikel Cerita Rakyat Indonesia :
Lutung Kasarung. Secara besaran kedua kisah ini memiliki unsur-unsur
cerita rakyat yang sama. Namun keduanya dikisahkan dengan cara yang berbeda.
Selamat membaca.
Cerita Rakyat Lutung Kasarung : Kisah Purbasari yang Cantik
Dongeng Lutung Kasarung - Jawa Barat
Hari ini Prabu Tapa Agung mengumumkan suatu hal yang penting.
"Saudara-saudara, aku akan menyerahkan kekuasaanku pada salah satu
putriku. Aku harap kalian semua mendukung keputusanku ini. Hormati ia seperti
kalian menghormati aku," titahnya. Purbararang, si Putri Sulung tersenyum,
"Ayah pasti menyerahkan kekuasaannya padaku. Bukankah aku putri sulungnya?
Dan tentu saja aku yang paling cantik" Prabu Tapa Agung melanjutkan perkataannya. "Kekuasaanku akan
kuberikan pada Purbasari, putri bungsuku. Aku yakin ia mampu memimpin negeri
ini dengan baik." Purbararang terkejut. Ia tak percaya dan sangat kecewa
pada keputusan itu. Dia tidak menyangka ayahandanya akan memilih Purbasari sebagai
Ratu.
Keesokan harinya, Purbararang pergi menemui nenek sihir yang dikenal
sangat sakti. Ia menceritakan semuanya pada nenek sihir. "Aku ingin nenek
mencelakai adikku. Akulah yang seharusnya menjadi ratu," kata Purbararang.
"Ha... ha... ha.... Putri Cantik, hatimu benar-benar dengki. Aku suka
dengan orang sepertimu. Jangan khawatir, aku akan membantu mewujudkan
keinginanmu. Pulanglah, dan lihat apa yang terjadi pada adikmu esok hari,"
jawab si Nenek Sihir.
Keesokan paginya, terdengar teriakan dari kamar Purbasari.
"Tolongg... tolonngg... ada apa denganku?"
"Astaga anakku! Apa yang terjadi denganmu?" teriak Prabu
Tapa Agung ketika melihat putrinya. Penampilan Purbasari sungguh mengerikan.
Seluruh tubuhnya berbintik-bintik hitam, dan sebagian diantaranya mengeluarkan
darah. Bau tak sedap juga menguap dari tubuhnya. Purbararang tertawa dalam
hati. "Sakti juga nenek sihir itu," pikirnya. "Ayah,
jangan-jangan ini wabah penyakit menular? Ayah harus cepat-cepat
mengasingkannya," kata Purbararang pada ayahnya.
"Ayah, jangan asingkan aku. Izinkan aku untuk tetap tinggal
disini," ratap Purbasari. Purbararang menatapnya sinis, "Jika kau
memang orang yang baik, kau harus mengalah. Tinggalah di hutan sana dan jangan
menulari kami," katanya.
Prabu Tapa Agung mulai bimbang. Ia tak tega pada Purbasari, namun
bagaimana jika Purbararang benar? Dengan terpaksa, beliau meminta Purbasari
untuk mengasingkan diri di hutan sampai penyakitnya sembuh. Dalam hati,
Purbararang bertepuk tangan mendengar perintah ayahnya itu. "Purbasari tak
mungkin sembuh, Ayah," katanya dalam hati.
Di pengasingan, Purbasari tinggal di sebuah rumah yang dibangun oleh
Paman Patih untuknya. Sehari-hari, Purbasari sering ditemani oleh seekor kera
berbulu hitam. Kera itu bernama Lutung Kasarung. Karena telah akrab, Purbasari
menceritakan kisahnya pada Lutung Kasarung. Lutung Kasarung menjadi iba
padanya, ia bertekad untuk membantu Purbasari. Ya, Lutung Kasarung sebenarnya
adalah kera yang sakti.
Suatu malam, Lutung Kasarung pergi bertapa. Ia memohon bantuan dewa
untuk menyembuhkan penyakit Purbasari. Tiba-tiba, tanah di sekitarnya
mengeluarkan air. Semakin lama, air itu semakin banyak dan akhirnya menyerupai
telaga kecil. Airnya sangat jernih, dan anehnya, air itu berbau harum seperti
bunga. Lutung Kasarung menghentikan pertapaannya. Ia merasa dewa telah menjawab
doanya melalui telaga itu. Keesokan paginya, Lutung Kasarung mendatangi
Purbasari. Ia menarik-narik tangan Purbasari ke arah telaga. "Wow... indah
sekali telaga ini. Mengapa aku tak pernah melihatnya?" tanya Purbasari
takjub. Bau harum semerbak telaga itu menggoda Purbasari untuk mandi. "Aku
mandi dulu ya, kau jangan kemana-mana," kata Purbasari.
Lutung Kasarung pun mengangguk dengan semangat. Dalam hati ia berkata,
"Semoga kau sembuh dari kutukan yang menimpa mu wahai putri Purbasari. Aku
yakin setelah mandi nanti cantikanmu kembali, Purbasari."
Selesai mandi, Purbasari tanpa sengaja melihat wajahnya di pantulan
air telaga. Ia terkejut. "Wajahku! Wajahku kembali bersih,"
teriaknya. Purbasari melihat tangan, kaki, dan seluruh tubuhnya, semua bintik
hitamnya hilang! Purbasari bersorak gembira, "Terima kasih Dewa, tubuhku
sudah kembali seperti dulu lagi." Lutung Kasarung lega, dalam hati ia juga
berterima kasih kepada para dewa.
Beberapa hari kemudian, Purbararang berkunjung ke hutan untuk
memastikan keadaan Purbasari, ia ditemani Indrajaya kekasihnya. Alangkah
terkejutnya ia ketika melihat Purbasari kembali cantik. "Lihat Kak, aku
sudah sembuh dari penyakitku. Aku akan pulang ke istana. Kakak ke sini untuk
menjemputku, kan?" tanya Purbasari riang. Purbararang mendengus kesal.
"Tidak, aku tak mau kau kembali ke istana! Akulah yang membuatmu terkena
penyakit kulit itu. Aku tak mau kau merebut takhta kerajaan dariku!"
bentaknya. Purbasari terpana mendengar perkataan kakaknya, "Mengapa Kakak
tega sekali padaku?" tanyanya.
"Jika kau ingin kembali ke istana, kau harus mengalahkanku. Hanya
yang menang yang boleh kembali ke istana," kata Purbararang lebih Ianjut.
Purbararang mengurai rambutnya, "Jika rambutmu lebih panjang, kau boleh
kembali ke istana." Apa boleh buat, Purbasari pun mengikuti kemauan
kakaknya. Namun setelah diukur oleh Indrajaya, ternyata rambut Purbasari yang
lebih panjang. Purbararang gusar, ia tak ingin kalah dari Purbasari. Tiba-tiba
ia mendapat akal. "Pertandingan belum usai. Sekarang, siapa yang memiliki
kekasih yang paling tampan, ia yang berhak kembali ke istana," katanya.
Purbararang yakin, kali ini ia akan menang.
Ia tak melihat seorang pria pun di hutan itu kecuali seekor kera yang buruk dan
berwarna hitam. Purbasari kebingungan. Di hutan ini tak ada manusia lain
kecuali dirinya, dari mana ia mendapatkan kekasih? Tiba-tiba Lutung Kasarung
menarik-narik bajunya dan meloncat-loncat. Sepertinya ia hendak mengatakan,
"Akui aku sebagai kekasihmu."
Purbasari pun menurut. "Ini adalah kekasihku," katanya
sambil menggandeng tangan Lutung Kasarung. Purbararang tertawa keras.
"Ha... ha... terlalu lama tinggal di hutan membuatmu jadi menyukai kera?
Maaf saja, Indrajaya tentu Iebih tampan dari kera hitam yang jelek ini,"
ejeknya.
Lutung Kasarung duduk bersila dan berdoa kepada dewa. Keajaiban
terjadi lagi. Seberkas sinar putih muncul di sekitar Lutung Kasarung. Sinar
putih itu perlahan-lahan pudar seiring dengan hilangnya sosok Lutung Kasarung.
Sosoknya kernudian digantikan oleh seorang pemuda yang sangat tampan.
Ketampanannya jauh melebihi Indrajaya. Purbararang terkejut. Ia tak menyangka
bahwa Lutung Kasarung adalah jelmaan dari seorang pria yang tampan.
Purbararang tertunduk lesu. Ia harus mengaku kalah. "Ternyata kau
memang pantas menjadi ratu. Kembalilah ke istana, Ayah pasti senang melihatmu
lagi," kata Purbararang Iirih. Purbasari tersenyum, "Ikutlah
denganku, Kak. Meskipun Kakak kalah, kau tetaplah kakakku. Aku tak mau Kakak tinggal
di hutan ini." Purbararang memeluk adiknya. "Maafkan aku... kau
sungguh berhati mulia. Ayah benar-benar tak salah pilih." Mereka semua
kembali ke istana dan disambut gembira oleh Prabu Tapa Agung.
Lutung Kasarung yang telah berubah menjadi pria tampan pun ikut serta.
Seperti rencana semula, Purbasari diangkat menjadi ratu untuk menggantikan
ayahandanya. Ia lalu menikah dengan Lutung Kasarung dan memerintah kerajaan
dengan adil dan damai.
“Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Lutung Kasarung untukmu adalah
Sayangi saudara dan teman-temanmu. Jangan merasa iri atas prestasi yang mereka
capai. Jika kau rajin berusaha, kau pun bisa mendapat prestasi yang sama bahkan
lebih baik.”
Dongeng Lutung Kasarung berasal dari Jawa Barat sehingga sering
disebut dongeng sunda lutung kasarung. Kelak kami akan memposting cerita rakyat
Jawa Barat ini menjadi cerita rakyat lutung kasarung dalam bahasa inggris dan
dongeng lutung kasarung bahasa sunda.
Picture Source : Dongengceritarakyat
No comments:
Post a Comment